HI sobat Nuswantoro , jangan pernah lupa akan sejarah dan budaya kita. Karena kita terlahir tidaklah sama dan hanya kebudayaan dan tradisilah yang dapat menyatukan dan sekaligus sebagai identitas diri dan bangsa kita. Kemajuan suatu negara atau bangsa dapat dilihat dari rasa kecintaanya terhadap negara dan budayanya. Liat saya negara-negara maju yang selalu menanamkan nasa nasionalisme terhadap setiap induvidu pendududknya.
Selalin kepercayaan dan kejujuran dalam memegang tinggi suatu budaya kita juga harus mengenal akan keanekaragaman budaya kita.JIka kita berbicara tentang Kain Tenun Buya Sabe Kerajinan Khas Donggala Sulawesi Tengah pasti tiap daerah akan berbeda-beda.Namun coba tengok persamaannya yang dapat kita jadikan upaya pemersatunya dan jadikan perbedaan itu suatu hal yang dapat memperkaya khasanan bangsa
Melalui Kain Tenun Buya Sabe Kerajinan Khas Donggala Sulawesi Tengah kita belajar bagaimana tradisi itu timbul dan tumbuh kembang di daerah asalnya. Jika mereka bisa kenapa gak dengan kita yang sebagai penerus kita harus mampu untuk memelihara dan mengembangkanya. Terutanya menerapkanya dengan unsur-unsur modern yang ada sehingga tidak tergerus oleh kemajuan jaman.Untuk itu langsung saja kita kenali khasanah budaya kita berikut ini
Kain Tenun Buya Sabe Kerajinan Khas Donggala Sulawesi Tengah |
tradisi-nuswantoro.my.id - Pada artikel
10 Tari Tradisional Sulawesi Tengah, ada sebuah tarian yaitu
tari Pontanu yang menggambarkan kegiatan masyarakat Donggala di Sulawesi Tengah membuat kain tenun khas Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Selatan. Pada artikel kali ini kita akan lebih mengenal kain tenun khas Kabupaten Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah tersebut.
Kain tenun khas Donggala tersebut adalah kain tenun sutra Buya Sabe. Beberapa sentra pembuatan kain tenun Buya Sabe ini antara lain di Desa Limboro, Desa Towale Kecamatan Banawa Tengah. Tenun Buya Sabe bisa ditemukan pula di sepanjang Desa Watusampu, Limboro, Salu Bomba, Tosale, Towale dan Kolakola di sebelah barat Kota Donggala Sulawesi Tengah. Hasil akhir kain hasil tenun buya sabe dikenal sebagai sarung donggala.
|
Sarung Donggala |
Sarung Donggala Buya sabe atau sarung donggala, dibuat dari bahan benang sutra, dibuat oleh para wanita paruh baya berusia 50-60 tahun atau remaja berusia antara 12- 20 tahun. Profesi sebagai penenun dan petani adalah merupakan pekerjaan utama para wanita di Donggala. Biasanya mereka bekerja sejak pukul 09.00-12.00, lalu diteruskan lagi pukul 13.00-17.00. Ada pula yang menenun di malam hari mulai pukul 19.00-22.00. Bagi ibu rumah tangga, mereka menyelesaikan dulu urusan masak-memasak dan mengatur rumah msaing-masing, baru kemudian menenun. Sementara bagi gadis remaja, ada yang pergi ke sekolah, ada pula yang membantu orang tuanya.
Pembuatan tenun buya sabe ini hampir sama dengan pembuatan tenun-tenun yang ada di daerah lain. Baik dari proses pewarnaan benang hingga penenunan. Coraknya beragam, antara lain
kain palekat garusu,
buya awi,
buya bomba,
buya bomba kota,
buya sabe,
buya cura, serta kombinasi bomba dan sabe. Dari sekian corak tersebut, buya bomba yang paling sulit, hingga membutuhkan waktu pengerjaan satu hingga dua bulan. Berbeda dengan corak lainnya yang hanya membutuhkan waktu satu hingga dua minggu saja.Selain corak warna tenun buya sabe ini juga beragam. Mulai dari warna kuning, merah, biru, ungu, hingga hijau pun ada.
|
Seorang perempuan menata susunan benang (ba'sau) untuk pembuatan kain sutra Donggala khas Sulawesi Tengah di Desa Towale, Kec. Banawa Tengah, Kab.Donggala, Sulteng, Minggu (22/4). Industri rumah tangga tenun bukan mesin itu sudah diusahakan secara turun temurun dan menjadi pemasok bagi daerah sekitarnya |
Harga Kain Tenun buya sabe tergantung coraknya. Harga termurah mencapai Rp 300.000 dan paling mahal seharga Rp 650.000. Pada awalnya kain tenun buya sabe dipakai pada acara-acara tertentu saja, seperti pada acara
upacara adat, pernikahan dan sebagainya. Bahkan ada corak tertentu seperti corak palekat, hanya dipakai oleh raja dan para menterinya. Namun seiring perkembangan zaman dan dalam upaya melestarikan kain donggala, maka kain ini boleh digunakan bisa digunakan dan dijual dengan nilai ekonomis. Kain tenun donggala juga sudah mendapatkan hak paten yang diberikan kepada pemerintah Kabupaten Donggala, Provinsi
Sulawesi Tengah. Presiden Bambang Yudhoyono juga pernah menggunakan kemeja dengan menggunakan kain tenun donggala ini. Saat ini Pegawai Negeri Sipil di Donggala pun menggunakan seragam dari kain tenun donggala.
Demikian Sobat, sekilas informasi mengenai kain tenun buya sabe, kerajinan tenun khas Donggala Sulawesi Tengah. Semoga menambah wawasan kita akan kekayaan dan khasanah budaya Bangsa Indonesia. Sampai jumpa pada artikel selanjutnya.
Referensi :- http://www.republika.co.id/berita/koran/jelajah-koran/14/09/07/nbj0aq-buya-sabe-donggala
- http://www.metrosulawesi.com/article/menenun-buya-sabe-tradisi-turun-temurun-desa-towale
- http://kirikananjalan.blogspot.co.id/2013/10/kain-tenun-buya-sabe-hasil-kerajinan-desa-wisata-limboro-donggala.html
- http://www.antarasulteng.com/foto/7/tenun-donggala
0 Response to "Kain Tenun Buya Sabe Kerajinan Khas Donggala Sulawesi Tengah"
Posting Komentar