2 Rumah Adat Sulawesi Tengah

HI sobat Nuswantoro , jangan pernah lupa akan sejarah dan budaya kita. Karena kita terlahir tidaklah sama dan hanya kebudayaan dan tradisilah yang dapat menyatukan dan sekaligus sebagai identitas diri dan bangsa kita. Kemajuan suatu negara atau bangsa dapat dilihat dari rasa kecintaanya terhadap negara dan budayanya. Liat saya negara-negara maju yang selalu menanamkan nasa nasionalisme terhadap setiap induvidu pendududknya.

Selalin kepercayaan dan kejujuran dalam memegang tinggi suatu budaya kita juga harus mengenal akan keanekaragaman budaya kita.JIka kita berbicara tentang 2 Rumah Adat Sulawesi Tengah pasti tiap daerah akan berbeda-beda.Namun coba tengok persamaannya yang dapat kita jadikan upaya pemersatunya dan jadikan perbedaan itu suatu hal yang dapat memperkaya khasanan bangsa

Melalui 2 Rumah Adat Sulawesi Tengah kita belajar bagaimana tradisi itu timbul dan tumbuh kembang di daerah asalnya. Jika mereka bisa kenapa gak dengan kita yang sebagai penerus kita harus mampu untuk memelihara dan mengembangkanya. Terutanya menerapkanya dengan unsur-unsur modern yang ada sehingga tidak tergerus oleh kemajuan jaman.Untuk itu langsung saja kita kenali khasanah budaya kita berikut ini

Rumah Adat Sulawesi Tengah | tradisi-nuswantoro.my.id - Sulawesi Tengah memiliki luas daratan 61.841,29 km2 (BPS 2015), dengan penduduk 2.831.283 jiwa (BPS 2014), dengan tingkat kepadatan penduduk 46 jiwa/ km2. Penduduk ini tersebar di 12 Kabupaten dan 1 Kota. Penduduk Provinsi Sulawesi Selatan terdiri dari berbagai macam suku bangsa. Mulai dari suku Kaili, Bugis, Babasal, Gorontalo, Pamona dan Mori. Dalam bidang seni dan budaya, Provinsi Sulawesi Selatan memiliki kekayaan adat dan budaya. Salah satu hasil budaya masyarakat Sulawesi Tengah adalah rumah adat.

Pada kesempatan ini kita akan mengenal rumah Adat Sulawesi Tengah. Kali ini kita akan mengenal 2 macam rumah adat Sulawesi Tengah, yaitu rumah adat tambi dan rumah adat souraja.

1. Rumah Adat Sulawesi Tengah - Rumah Tambi


Rumah Tambi
Rumah Tambi adalah rumah adat masyarakat Sulawesi Tengah pada umumnya, yaitu dari bebagai golongan masyarakat. Bentuk rumah tambi ini adalah persegi panjang dengan ukuran rata-rata 7x5 m2. Rumah tambi dibuat menghadap kearah utara-selatan, dan tidak boleh menghadap atau membelakangi arah matahari. Apabila dilihat secara sekilas, konstuksi rumah ini seperti jamur berbentuk prisma yang terbuat dari daun rumbia atau ijuk.

Salah satu keunikan rumah tambi yang berbentuk rumah panggung ini adalah atapnya yang juga berfungsi sebagai dinding. Alas rumah tersebut terdiri dari susunan balok kayu, sedangkan pondasinya terbuat dari batu alam. Akses masuk ke rumah ini melalui tangga, jumlahnya berbeda sesuai tinggi rumahnya. Tambi yang digunakan masyarakat biasa memiliki anak tangga berjumlah ganjil dan untuk ketua adat berjumlah genap.

Tiang-tiang penopang rumah tambi terbuat dari kayu bonati. Di dalamnya hanya terdapat satu ruang utama (lobona) yang dibagi tanpa sekat dan memiliki kamar-kamar, hanya pada bagian tengah lobona terdapat rapu (dapur) yang sekaligus menjadi penghangat ruangan ketika cuaca dingin. Penghuninya tidur menggunakan tempat tidur yang terbuat dari kulit kayu nunu (beringin). Sedangkan di sekeliling dinding rumah ini membentang asari (para-para) yang serbaguna, bisa dijadikan tempat tidur yang berpembatas, tempat penyimpanan benda pusaka atau benda-benda berharga lainnya.

Rumah Tambi memiliki ukiran di bagian pintu dan dindingnya yang berfungsi sebagai hiasan. Motif ukiran tersebut terutama berbentuk binatang atau tumbuh-tumbuhan. Terdiri atas ukiran pebaula (kepala kerbau) dan bati (ukiran berbentuk kepala kerbau, ayam dan babi). Pebaula meurpakan simbol kekayaan, dan bati merupakan simbol kesejahteraan dan kesuburan. Pada motif tumbuhan (pompininie) biasanya terbuat dari beragam kain kulit kayu berwarna-warni, dibentuk menjadi motif bunga-bunga yang kemudian diikat dengan rotan. Kain kulit kayu ini merupakan hasil tenunan tradisional dari kulit kayu nunu dan ivo. Konon, pompeninie ini memiliki kekuatan magis yang dapat menangkal gangguan roh jahat.

Karena rumah adat Tambi hanya memiliki satu ruang utama, maka ia memiliki bangunan tambahan yang tidak dapat dipisahkan, yaitu Buho (terkadang disebut gampiri). Bangunan yang memiliki dua lantai ini, berfungsi sebagai tempat musyawarah atau menerima tamu (lantai bawah), dan sebagai lumbung padi (lantai atas). Karena fungsinya sebagai tempat menerima tamu, maka letaknya tak jauh dari Tambi.

Bangunan lainnya yang sangat sederhana disebut Pointua, yaitu tempat menumbuk padi, dimana terdapat lesung yang disebut iso berbentuk segi empat panjang bertiang 4 buah dan kadang-kadang terdapat pula lesung bundar yang disebut iso busa. 




2. Rumah Adat Sulawesi Tengah - Rumah Souraja

Apabila rumah tambi dipergunakan oleh masyarakat dari semua golongan di Provinsi Sulawesi Tengah, beda lagi dengan rumah adat Souraja. Banua Mbaso atau disebut juga Banua Oge atau yang lebih sering dikenal dengan nama Souraja merupakan rumah tradisional tempat tinggal turun temurun bagi keluarga bangsawan. Souraja pertama kali dibangun oleh Raja Palu, Jodjokodi, pada tahun 1892. Souraja yang pertama kali dibuat terebut, masih bisa dilihat pada saat ini yaitu berada di tengah pusat kota Kaledo (Palu)- Sulawesi Tengah. Kata Souraja (Sou Raja) dapat diartikan rumah besar, merupakan pusat pemerintahan kerajaan masa lampau, bisa dikatakan sebagai rumah tugas dari manggan atau raja. Selama bertugas, raja beserta keluarganya tinggal di sini.

Rumah panggung ini merupakan paduan arsitektur gaya Bugis (Sulawesi Selatan) dan Kalimantan Selatan, dimana memiliki 36 buah tiang penyangga rumah bagian induk dan gandaria (Teras) termasuk 8 buah tiang bagian dapur.

Secara keseluruhan, bangunan Banua Mbaso terbagi atas tiga ruangan , yaitu:

  • Lonta karawana (ruang depan). Ruangan ini berfungsi sebagai ruang tamu. Di ruangan ini dibentangkan onysa (tikar) sebagai alas. Para tamu yang menginap, biasanya bermalam menggunakan ruang ini. 
  • Lonta tata ugana (ruang tengah). Ruangan ini khusus untuk menerima tamu yang masih ada hubungan keluarga. 
  • Lonta rorana (ruang belakang). Ruangan ini berfungsi sebagai ruang makan. Terkadang ruang makan juga berada di lonta tata ugana. Di pojok belakang ruangan ini khusus untuk kamar tidur anak-anak gadis. 

Untuk avu (dapur), sumur dan jamban, dibuatkan bangunan tambahan yang terletak di belakang bangunan utama. Untuk menghubungkan bangunan induk dengan ruang dapur tersebut dibuatkan jembatan beratap yang disebut dengan hambate atau dalam bahasa Bugis disebut jongke.

Rumah Souraja berbentuk rumah panggung yang ditopang sejumlah tiang balok dari kayu ulin, bayan, atau kayu besi yang terkenal keras. Atapnya berbentuk prisma yang dihiasi dengan ukiran-ukiran yang disebut panapiri, dan pada ujung bubungan bagian depan dan belakang diletakkan mahkota berukir disebut bangko-bangko. Terdapat banyak kaligrafi huruf Arab pada pintu atau jendela, atau ukiran pompeninie pada dinding, loteng, pinggiran cucuran atap, bangko-bangko dengan motif bunga-bungaan dan daun-daunan. Serupa dengan ukiran-ukiran yang berada di Tambi, motif-motif hiasan tersebut melambangkan kesuburan, kemuliaan, keramah-tamahan dan kesejahteraan.

Demikian Sobat tradisi, 2 rumah adat Sulawesi Tengah yang bisa kita ketahui, semoga menambah wawasan kita semua.

Referensi :
  • http://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/1132/rumah-tambi
  • http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbkaltim/2016/07/26/bangunan-rumah-pusaka-dinding-tambi/
  • https://wisatasulawesi.wordpress.com/wisata-sulawesi-tengah/banua-mbaso-palu/ 
  • http://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/1130/rumah-adat-sulawesi-tengah
  • https://wisatasulawesi.wordpress.com/wisata-sulawesi-tengah/banua-mbaso-palu/

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "2 Rumah Adat Sulawesi Tengah"

Posting Komentar