HI sobat Nuswantoro , jangan pernah lupa akan sejarah dan budaya kita. Karena kita terlahir tidaklah sama dan hanya kebudayaan dan tradisilah yang dapat menyatukan dan sekaligus sebagai identitas diri dan bangsa kita. Kemajuan suatu negara atau bangsa dapat dilihat dari rasa kecintaanya terhadap negara dan budayanya. Liat saya negara-negara maju yang selalu menanamkan nasa nasionalisme terhadap setiap induvidu pendududknya.
Selalin kepercayaan dan kejujuran dalam memegang tinggi suatu budaya kita juga harus mengenal akan keanekaragaman budaya kita.JIka kita berbicara tentang Tari tradisional Sulawesi Utara pasti tiap daerah akan berbeda-beda.Namun coba tengok persamaannya yang dapat kita jadikan upaya pemersatunya dan jadikan perbedaan itu suatu hal yang dapat memperkaya khasanan bangsa
Melalui Tari tradisional Sulawesi Utara kita belajar bagaimana tradisi itu timbul dan tumbuh kembang di daerah asalnya. Jika mereka bisa kenapa gak dengan kita yang sebagai penerus kita harus mampu untuk memelihara dan mengembangkanya. Terutanya menerapkanya dengan unsur-unsur modern yang ada sehingga tidak tergerus oleh kemajuan jaman.Untuk itu langsung saja kita kenali khasanah budaya kita berikut ini
1. Tari Pisok
Tari Pisok tercipta dan terinspirasi dari kehidupan burung pisok yang sangat langka di Tanah Minahasa. Tari Pisok berasal dari Tanah Minahasa Sulawesi Utara. Tarian Pisok ini menceritakan kehidupan masyarakat Minahasa yang selalu hidup rukun, bekerja secara gotong royong, lincah dan enerjik.
Tari Pisok ini cukup terkenal di Indonesia, bahkan pada tahun 2004 Tari Pisok dijadikan sebagai salah satu perangko/filateli Indonesia bersama beberapa kebudayaan Indonesia lainnya. Begitu seharusnya kita bangga akan tari Pisok ini.
Tari Pisok, gambar : filatelisindonesia.wordpress.com |
2. Tari Mesalai
Tari Mesalai adalah merupakan tari tradisional yang berasal dari daerah Sangihe Talaud Sulawesi Utara.Tari Mesalai pada awalnya merupakan suatu tradisi masyarakat Sangihe Talaud yang percaya pada kekuatan Ghenggona Langi, Dauatang Saluruang (Tuhan Yang Maha Tinggi, Penguasa Alam Semesta). Mereka menyadari bahwa segala sesuatu yang merupakan keberhasilan/keberuntungan adalah pemberian Ghenggona (Tuhan). Itulah maka masyarakat Sangihe melakukan ritual sebagai ungkapan rasa syukur kepada Ghenggona melalui bentuk ritual mesalai ini.
Seiring dengan perkembangan zaman dan masuknya agama-agama baru, tari mesalai saat ini juga digunakan sebagai pelengkap upacara adat dan syukuran, seperti: khitanan, perkawinan, mendirikan rumah baru, peresmian perahu baru dan lain sebagainya.
Tari mesalai dilakukan oleh kelompok penari tanpa ada formasi tertentu. Para penari melakukan tarian secara spontan sebagai keterlibatan mereka dalam upacara adat yang merupakan cerminan rasa syukur atas karunia yang dilipahkan oleh Tuhan Yang Maha Esa.
Tari Mesalai ini diiringi oleh musik yang dimainkan dari alat musik tradisional dari Sulawesi Utara seperti Tagonggeng, ulintang dan nanaungang dan iringan lagu vocal Sasambo yang merupakan lagu-lagu pujaan dan ajaran baik dan buruk.
Para penari mesalai menggunakan busana adat daerah Sulawesi Utara yang dinamakan Laku Tepu. Busana Laku Tepu ini terbuat dari tumbuhan sejenis pisang yang kadang disebut juga serat manila. Selain itu, para penari pria juga menggenakan tutup kepala yang terbuat dari lipatan kain yang disebut paporong dan sapu tangan (lenso). Sedangkan, busana yang dikenakan oleh penari wanita diantaranya adalah: (1) laku tepu; (2) papili (mahkota yang terbuat dari kulit penyu yang dihiasi sejenis bunga angrek); (3) topo-topo (rangkaian bunga yang dililitkan pada sanggul); (4) soho (kalung); (5) galang (gelang); (6) lenso (sapu tangan); dan (7) boto pasige (sanggul).
Tari Mesalai |
Referensi :
http://uun-halimah.blogspot.com
http://www.seputarsulut.com
3. Tari Tumatenden
Suatu saat Mawanua dikejutkan oleh sembilan putri/bidadari dari khayangan yang sedang mandi dikolam bahkan mengambil hasil dari kebun miliknya. Pada saat itulah Mawanua berniat untuk mengambil salah satu sayap milik putri khayangan. Dan ternyata yang diambil oleh Mawanua adalah sayap milik Lumalundung yaitu putri bungsu dari kahayangan yang kemudian atas bujukan Mawanua akhirnya mau menikah dengan Mawanua dengan syarat bahwa ramput putri Lumalundung tidak boleh jatuh. Pernikahan mereka sampai dikaruniai seorang anak bernama Walansendau. Namun, suatu ketika rambut Lumalundung ini terjatuh, maka dengan berat hati Lumalundung meninggalkan Mawanua dan Walansendau di Perkebunan yang bernama Tumatenden.
Menurut fungsinya, jenis tari Tumatenden termasuk seni tari pertunjukan/seni tomtonasia yaitu hiburan sosial bisa juga dipakai pada upacara perkawinan (adat Minahasa). Tari Tumatenden ini dilakukan oleh 10 penari terdiri dari 9 putri dan 1 putra, dengan diiringi oleh musik yang dimainkan dari berbagai alat musik tradisional seperti Suling dan Tambur dengan iringan Lagu Tumatenden dalam gaya : purtamento, Sumber lagu: M.W Umboh, dialek : Minut-Tonsea.
Referensi : http://www.seputarsulut.com
Demikian Sobat tradisi, 3 buah tari tradisional dari Sulawesi Utara. Semoga menambah wawasan budaya Sobat tradisi semua. Artikel ini masih bersambung ke bagian 3
Kembali ke Bagian 1 : Tarian Tradisional dari Daerah Sulawesi Utara
0 Response to "Tari tradisional Sulawesi Utara"
Posting Komentar