HI sobat Nuswantoro , jangan pernah lupa akan sejarah dan budaya kita. Karena kita terlahir tidaklah sama dan hanya kebudayaan dan tradisilah yang dapat menyatukan dan sekaligus sebagai identitas diri dan bangsa kita. Kemajuan suatu negara atau bangsa dapat dilihat dari rasa kecintaanya terhadap negara dan budayanya. Liat saya negara-negara maju yang selalu menanamkan nasa nasionalisme terhadap setiap induvidu pendududknya.
Selalin kepercayaan dan kejujuran dalam memegang tinggi suatu budaya kita juga harus mengenal akan keanekaragaman budaya kita.JIka kita berbicara tentang Prosesi Siraman Adat Sunda pasti tiap daerah akan berbeda-beda.Namun coba tengok persamaannya yang dapat kita jadikan upaya pemersatunya dan jadikan perbedaan itu suatu hal yang dapat memperkaya khasanan bangsa
Melalui Prosesi Siraman Adat Sunda kita belajar bagaimana tradisi itu timbul dan tumbuh kembang di daerah asalnya. Jika mereka bisa kenapa gak dengan kita yang sebagai penerus kita harus mampu untuk memelihara dan mengembangkanya. Terutanya menerapkanya dengan unsur-unsur modern yang ada sehingga tidak tergerus oleh kemajuan jaman.Untuk itu langsung saja kita kenali khasanah budaya kita berikut ini
Prosesi Siraman adat jawa dan prosesi siraman adat Sunda memiliki sedikit perbedaan, walaupun pada dasarnya makna dalam prosesi Siraman tersebut adalah sama yaitu sebagai sarana untuk membersihkan jiwa dan raga calon mempelai. Selain itu juga prosesi siraman ini banyak ditambahkan berbagai ritual yang mengandung makna yang cukup dalam terutama pembekalan pada kedua calon mempelai.
Pada masyarakat Sunda, siraman ini biasanya dilakukan pada calon pengantin wanita dengan tujuan untuk membersihkan diri calon pengantin wanita secara lahir dan bathin sebelum memasuki saat pernikahan. Prosesi siraman ini dilakukan pada siang hari di rumah mempelai wanita. Sebelum dilakukan siraman, untuk calon mempelai yang beragama islam biasanya dilakukan pengajian dahulu disertai do'a khusus untuk calon pengantin. Berikut urutan proses siraman adat sunda :
Prosesi siraman adat sunda dimulai secara simbolis yaitu calon pengantin wanita keluar dari kamar dengan digendong / diaping (didampingi) dengan menggunakan samping oleh Ibu calon mempelai wanita, sedangkan ayah mendampingi sambil membawa pelita (lilin). Setelah sesampai di tempat Sungkeman, aisan samping pun dilepaskan. Hal ini merupakan simbol bahwa bahwa orang tua telah melepas tanggung jawabnya terhadap sang anak untuk diserahkan kepada suaminya. Ayah membawa pelita berarti seorang ayah selalu memberi penerangan (bimbingan) pada putra-putrinya.
Setelah itu, calon mempelai wanita duduk dipangkuan kedua orangtuanya, hal ini menandakan bahwa kasih sayang orang tua pada anaknya tidak terbatas. Setelah selesai, mempelai wanita menghadap ayah ibunya untuk mengungkapkan isi hatinya (Ngaras)
Dalam upacara ini mempelai wanita mencuci kedua kaki orang tuanya. Diawali dengan mencuci kaki sang ayah. Upacara ini melambangkan bakti seorang anak kepada orang tuanya. Setelah selesai mencuci kaki, lalu disemprotkan dengan minyak wangi yang mengandung arti bahwa sampai kapanpun sang anak diharapkan dapat membawa harum nama keluarga
Setelah itu calon mempelai wanita berdiri dan menuju tempat siraman didampingi kedua orang tua dengan melewati kain samping sebanyak 7 lembar. Hal ini bermakna bahwa dalam hari-hari selanjutnya yang akan dilalui sang mempelai selalu diberikan kesabaran, kesehatan, ketawakalan, ketabahan, keteguhan iman yang kuat dan senantiasa menjalankan agama.
Setelah itu baru dilakukan siraman yang dilakukan oleh Sang Ayah diikuti oleh Ibu setelah sebelumnya air siraman dicampur dengan bunga, antara lain bunga mawar, melati, dan kenanga. Bunga mawar berarti sang anak diharapkan selalu jujur karena kebenaran. Bunga melati berarti agar sang anak selalu disukai oleh siapa saja dan bisa membawa harum nama keluarga. Bunga kenanga berwarna hijau berarti agar sang anak selalu diberikan kesejukan dan keteduhan hati. Prosesi siraman ini biasanya juga diikuti oleh anggota keluarga lainnya dengan jumlah ganjil, 9, 11 atau 13 orang.
Air Bunga untuk Siraman Adat Sunda - Gambar : http://kenanga.ucoz.com
Setelah proses mengguyur selesai, kemudian sang anak mengambil air wudhlu dari air yang dikucurkan oleh Sang Ayah. Hal ini dimaksudkan agar dalam keadaan apapun, suka atau duka, sang anak tidak meninggalkan ibadah. Setelah menikah hal ini akan menjadi tanggung jawab suaminya untuk selalu mengingatkan
Setelah prosesi siraman tersebut selesai, kemudian calon mempelai wanita dibawa ke kamar kembali untuk dilakukan upacara ngerik/ngeningan bulu-bulu halus yang tumbuh sejak lahir pada bagian wajah.
Pada saat proses ngerik/ngeningan, di luar kamar pengantin dilangsungkan acara parebut bebetian (sesuatu yang ada dalam tanah seperti: kacang-kacangan, ubi, singkong atau talas) dan hahampangan (sesuatu yang ringan seperti: keripik, kerupuk atau rengginang) oleh para undangan yang hadir. Upacara ini dimaksudkan supaya calon pengantin lancar rejekinya, cepat mendapat keturunan dan selalu perfikir positif bila suatu hari menemui masalah dalam rumah tangganya.
Urutan dalam acara siraman adat sunda ini kemungkinan bisa berbeda tergantung dari penata acara / penata rias yang biasanya mengadakan acara siraman sudah satu paket dengan riasan pengantin.
Dan berikut ini adalah contoh salah satu acara siraman adat sunda yang didapatkan dari pengunggah video di youtube.com
0 Response to "Prosesi Siraman Adat Sunda"
Posting Komentar