HI sobat Nuswantoro , jangan pernah lupa akan sejarah dan budaya kita. Karena kita terlahir tidaklah sama dan hanya kebudayaan dan tradisilah yang dapat menyatukan dan sekaligus sebagai identitas diri dan bangsa kita. Kemajuan suatu negara atau bangsa dapat dilihat dari rasa kecintaanya terhadap negara dan budayanya. Liat saya negara-negara maju yang selalu menanamkan nasa nasionalisme terhadap setiap induvidu pendududknya.
Selalin kepercayaan dan kejujuran dalam memegang tinggi suatu budaya kita juga harus mengenal akan keanekaragaman budaya kita.JIka kita berbicara tentang 10 Tari Tradisional Sulawesi Selatan pasti tiap daerah akan berbeda-beda.Namun coba tengok persamaannya yang dapat kita jadikan upaya pemersatunya dan jadikan perbedaan itu suatu hal yang dapat memperkaya khasanan bangsa
Melalui 10 Tari Tradisional Sulawesi Selatan kita belajar bagaimana tradisi itu timbul dan tumbuh kembang di daerah asalnya. Jika mereka bisa kenapa gak dengan kita yang sebagai penerus kita harus mampu untuk memelihara dan mengembangkanya. Terutanya menerapkanya dengan unsur-unsur modern yang ada sehingga tidak tergerus oleh kemajuan jaman.Untuk itu langsung saja kita kenali khasanah budaya kita berikut ini
1. Tari Tradisional Sulawesi Selatan - Tari Kipas Pakarena
Tari Kipas Pakarena Sulawesi Selatan |
Kostum yang digunakan para penari biasanya merupakan busana adat khas Gowa. Para penari biasanya menggunakan baju longgar, kain selampang, dan kain sarung khas Sulawesi Selatan. Pada bagian kepala, rambut penari biasanya dikonde dan dihiasi dengan tusuk berwarna emas serta bunga-bunga. Penari juga dilengkapi dengan berbagai aksesoris seperti gelang, kalung dan anting yang khas. Selain itu tidak lupa penari juga membawa kipas lipat yang digunakan untuk menari.
2. Tari Tradisional Sulawesi Selatan - Tari Pattennung
3. Tari Tradisional Sulawesi Selatan - Tari Ma'Gellu
Tari Ma'gellu dari Sulawesi Selatan | foto :fotokoleksiku.wordpress.com |
4. Tari Tradisional Sulawesi Selatan - Tari Ma'randing
- Komanda menginspeksi tiap orang dan senjatanya, menyimbolkan disiplin.
- Senjata diulur dan perisai ditarik kebelakang, menyimbolkan kesigapan.
- Salah satu kaki diangkat sementara itu yang lain di tanah, menyimbolkan keteguhan hati.
- Para menari mundur kebelakang, sementara itu satu penari bergerak ke kanan dan yang lain ke kiri, menyimbolkan kesigapan.
5. Tari Tradisional Sulawesi Selatan - Tari manimbong
Para penarinya menggunakan pakaian adat khusus yaitu Baju Pokko’ dan Seppa Tallu Buku yang berselempang kain antik. Mereka juga dilengkapi dengan parang kuno (la’bo’ penai) dan sejenis temeng bundar kecil yang bermotif ukiran Toraja.
6. Tari Tradisional Sulawesi Selatan - Tari Ma'badong
Ma' Badong merupakan salah satu tarian adat Tana Toraja, Sulawesi Selatan. Tarian ma' badong diadakan pada upacara kematian (Rambu Solo') yang dilakukan secara berkelompok, para peserta (pa'badong) membentuk lingkaran dan saling berpegangan dengan mengaitkan jari kelingking.Para pa' badong terdiri dari pria dan wanita setengah baya atau para orang tua dengan pemimpin badong yang biasa disebut sebagai Indo' Badong (perempuan) atau Ambe' Badong (Laki-laki). pemimpin badong akan melantunkan syair (Kadong Badong) atau semacam riwayat hidup dari orang yang meninggal mulai dari lahir sampai ia wafat dengan memberikan kalimat-kalimat syair dan modus nada untuk dinyanyikan oleh semua kelompok penari sambil berbalas-balasan. gerakannyapun memiliki ritme tersendiri mengikuti syair dari badong yang dilantunkan.
Dalam Tarian badong beberapa hal yang menjadi keharusan sebagai tata baku badong adalah; Penari badong paling sedikit berjumlah lima orang, Syair lagu badong adalah syair yang sudah terstruktur sesuai dengan keempat fungsi ditambahkan dengan riwayat hidup dari orang yang meninggal
Badong dilaksanakan pada upacara pemakaman di lapangan atau tempat terbuka yang dikelilingi oleh lantang (Pondok) yang digunakan pada saat upacara kematian berlangsung.
Ma' bodong biasanya dilakukan pada upacara kematian yang dilaksanakan secara besar-besaran. para peserta badong telah ditentukan untuk melaksanakan tarian badong selama kegiatan berlangsung utamanya ketika menyambut tamu yang datang. Tarian Ma'badong kadang menelan waktu berjam-jam, bahkan berlangsung sampai tiga hari tiga malam sambung menyambung di pelataran duka.
Badong hanya dilakukan di upacara kematian dan bersifat sakral, bukan untuk permainan sehingga tidak akan dilakukan di upacara yang lain.
Rangkaian gerakan badong berupa gerakan kepala, pundak, tangan, dan kaki, serta perputarannya tidak mengalami perubahan dan variasi, tetapi berupa tata cara yang masih sama dengan yang diwariskan turun-temurun.
Masyarakat Tana Toraja Percaya bahwa ma'badong akan menuntun arwah orang yang meninggal menuju alam peristirahatan yang terakhir yaitu alam Puya.
7. Tari Tradisional Sulawesi Selatan - Tari Pa'Pangngan
Tarian Pa'pangngan merupakan tarian tradisional Sulawesi Selatan yang dilakukan oleh gadis-gadis cantik memakai baju hitam atau gelap dan menggunakan ornamen khas Toraja seperti kandaure. Pangngan Ma adalah menari saat menerima tamu-tamu terhormat yang menyambut dengan kata-kata Tanda mo Pangngan mali'ki, yaitu :- Kisorong sorong mati '
- Solonna pengkaboro'ki '
- Rande pela'i toda
- Mala'bi tanda Kiala '
- Ki po Rannu matoto '
8. Tari Tradisional Sulawesi Selatan - Tari Gandrang Bulo
Tari Gandrang Bulo merupakan tarian dari Sulawesi Selatan yang merupakan salah satu simbol bagi masyarakat Makassar. Tari ini biasanya dilaksanakan ketika ada pesta rakyat. Kata Gandrang bulo berasal dari dua kata, yaitu “gandrang” yang berarti tabuhan atau pukulan dan “bulo” yang berarti bambu. Tarian ini merupakan simbol keceriaan lantaran didalamnya diselipkan berbagai humor yang membuat para penontonnya tertawa, oleh karena itulah maka para penari yang membawakan tarian ini harus terlihat bahagia.Pada awalnya Ganrang Bulo sebenarnya sekadar tarian yang diiringi oleh gendang. Seiring waktu, tarian ini diiringi pula lagu-lagu jenaka, dialog-dialog humor namun sarat kritik dan ditambah gerak tubuh yang mengundang tawa. Kadangpula diselipkan Tari Se’ru atau Tari Pepe pepeka ri makka yang acap kali tampil sendiri di berbagai panggung pertunjukan, namun begitu oleh masyarakat sekitar tetap saja ia dikenal sebagai bagian pertunjukan Ganrang Bulo.
Tarian Gandrang Bulo ini selalu mengikuti perkembangan zaman. Sekitar 1942, misalnya, ketika perang melawan penjajah berkobar, kaum seniman pun tak mau kalah. Mereka membangun basis-basis perlawanan dari atas panggung. Ganrang Bulo pun disulap bukan sekadar tari-tarian, melainkan tempat pembangkit semangat perjuangan dengan mengejek dan menertawakan penjajah dan antek-anteknya. Gadrang Bulo, ketika itu, lantas menjadi kesenian rakyat yang amat populer. Baru sekitar akhir 1960-an, Gandrang Bulo mengalami kreasi ulang. Mulai saat itu Ganrang Bulo dikenal dalam pentas-pentas tarian dalam acara-acara seremonial. Ganrang Bulo macam inilah yang belakangan ini kerap tampil di acara-acara resmi pemerintah maupun partai-partai politik. Namun begitu, walaupun mengalami berbagai perubahan, Ganrang Bulo tak pernah kehilangan tempat. Grup-grupnya tersebar di berbagai tempat seperti Gowa, Makassar, Maros, dan Takalar. Gandrang Bulo menjadi tempat bebas seniman kampung mengekspresikan problem mereka sehari-hari.
9. Tari Tradisional Sulawesi Selatan - Tari Bosara
Tari Bosara adalah tarian tradisional Makasar Sulawesi Selatan. Tari Bosara ditampilkan dalam rangka menyambut tamu kehormatan. Pada zaman dahulu, Tari Bosara ditampilkan pada acara penting untuk menjamu raja-raja dengan suguhan kue-kue tradisional sebanyak 2 kasera. Selain untuk menyambut tamu raja, tarian Bosara juga ditampilkan pada berbagai pesta seperti pesta perkawinan.Para penari tarian Bosara menggunakan pakaian adat makassar yang khas tarian Bosara dengan membawa piring khas Sulawesi Selatan yang disebut Bosara.
Kata bosara sendiri menunjukan pada satu kesatuan utuh yang terbagi dalam piring, yang di atasnya di beri alas kain rajutan dari wol, lalu ditempatkan piring di atasnya juga sebagai tempat kue dan tutup bosara. Adapun kue-kue yang umumnya disajikan dengan memakai bosara merupakan kue-kue tradisional, baik kue basah atau kue kering. Kue basah semisal cucur, bolu peca’, brongko, biji nangka, kue lapis, kue sala’ dan lain-lain, yang biasanya terbuat dari tepung beras.
10. Tari Tradisional Sulawesi Selatan - Pajoge
Pajoge adalah sejenis tarian yang berasal dari Sulawesi Selatan, baik Bugis maupun Makassar. Tari Pajoge biasanya ditampilkan dalam istana atau kediaman kalangan ningrat oleh gadis yang berasal dari kalangan rakyat biasa. Pada mulanya tarian ini hanya merupakan hiburan bagi kaum lelaki. Para penonton, biasanya dari kalangan ningrat, duduk dalam lingkaran. Para penari menari melingkar. Setiap penari menari seorang diri sambil menyanyi dan mencari pasangannya di antara penonton. Lalu dia akan memberi daun sirih kepada lelaki yang sudah dipilihnya. Lelaki tersebut akan menari dengan sang gadis.
Demikian Pajoge berfungsi sebagai tarian hiburan, juga merupakan alat penghubung antara raja dan rakyat, untuk mendekatkan hubungan agar rakyat tetap cinta kepada rajanya dan sebaliknya.
Penari Pajoge di Maros (sekitar 1870) |
Demikian Sobat tradisi, 10 Tari Tradisiona Sulawesi Selatan yang bisa kami sampaikan, semoga bisa menambah wawasan mengenai kekayaan budaya Nusantara. Sampai jumpa pada artikel tradisi selanjutnya.
Referensi :
- http://www.infotoraja.com/ensiklopedia/manimbong/
- https://kumpulanliriklagutoraja.blogspot.co.id/2015/05/jenis-tari-tarian-adat-toraja.html
- http://galihthyo.blogspot.co.id/2014/06/tari-gandrang-bulo-sejarah-dan-lirik.html
- http://www.triobbc.com/2014/11/tari-bosara-dance.html
- https://id.wikipedia.org/wiki/Pajoge
- http://www.wacana.co/2015/09/tarian-sulawesi-selatan/
- Pencarian gambar google.com
0 Response to "10 Tari Tradisional Sulawesi Selatan"
Posting Komentar