HI sobat Nuswantoro , jangan pernah lupa akan sejarah dan budaya kita. Karena kita terlahir tidaklah sama dan hanya kebudayaan dan tradisilah yang dapat menyatukan dan sekaligus sebagai identitas diri dan bangsa kita. Kemajuan suatu negara atau bangsa dapat dilihat dari rasa kecintaanya terhadap negara dan budayanya. Liat saya negara-negara maju yang selalu menanamkan nasa nasionalisme terhadap setiap induvidu pendududknya.
Selalin kepercayaan dan kejujuran dalam memegang tinggi suatu budaya kita juga harus mengenal akan keanekaragaman budaya kita.JIka kita berbicara tentang Mengenal Tari Tradisional Jawa Tengah (Bagian 1) pasti tiap daerah akan berbeda-beda.Namun coba tengok persamaannya yang dapat kita jadikan upaya pemersatunya dan jadikan perbedaan itu suatu hal yang dapat memperkaya khasanan bangsa
Melalui Mengenal Tari Tradisional Jawa Tengah (Bagian 1) kita belajar bagaimana tradisi itu timbul dan tumbuh kembang di daerah asalnya. Jika mereka bisa kenapa gak dengan kita yang sebagai penerus kita harus mampu untuk memelihara dan mengembangkanya. Terutanya menerapkanya dengan unsur-unsur modern yang ada sehingga tidak tergerus oleh kemajuan jaman.Untuk itu langsung saja kita kenali khasanah budaya kita berikut ini
Tari tradisional yang berasal dari Jawa Tengah ini terbagi menjadi 3 yaitu :
1. Tari Klasik
- Tari Bedhaya
- Tari Gambyong
- Tari Serimpi
- Tari Beksan Wreng
- Tari Bondan
2. Tari Tradisional
- Tari Kuda Lumping / Ebeg
- Tari Kete Ogleng
- Sintren
- Tari Jlantur
3. Tari Kreasi Baru
- Tari Prawiroguni
- Tari Ronggeng
- Tari Wira Pertiwi
- dan masih banyak lagi tari kreasi yang dihasilkan para koreografer Indonesia
1. Tari Tradisional Jawa Tengah - Tari Bedhaya
Tari Bedhaya / Bedaya adalah tarian klasik Jawa yang dikembangkan dikalangan keraton-keraton mataram. Tari Bedhaya ditarikan oleh 7 atau 9 orang penari yang umumnya wanita dengan gemulai dan edukatif dengan diiringi oleh iringan musik gamelan.Jumlah penari Bedhaya dari Kesultanan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta biasanya 9 orang, sedangkan jumlah penari bedhaya dari Kabupaten Mangkunegara dan Pakualaman berjumlah 7 orang penari.
Untuk mengikuti tarian Bedhaya ini, para penari wanita disyaratkan masih perawan, tidak sedang menstruasi serta didahului dengan puasa sebagai bagian dari persyaratannya.
Tari Bedhaya yang dikenal saat ini antara lain :
Bedaya Ketawang, yaitu tarian pusaka Kasultanan Surakarta yang biasanya dilakukan pada saat perayaan jumenengan dalem (pelantikan) Sunan Surakarta. Tarian ini diciptakan oleh Sultan Agung, menceritakan tentang kisah pertemuan Panembahan Senopati dan Kanjeng Ratu Kidul serta perjanjian keduanya untuk saling menjaga kedua kerajaan.
Bedaya Anglirmendung, yaitu tarian pusaka Kadipaten Praja Mangkunegaran. Pencipta tarian Bedaya Anglirmendung ini adalah Sri Mangkunegara (Raden Mas Said) yaitu untuk mengenang pertempuran yang dipimpinnya melawan pasukan gabungan Surakarta dan VOC di Ponorogo pada tahun 1752.
Bedaya Babar Layar, yaitu tarian pusaka kesultanan Yogyakarta. Tari Bedhaya Babar Layar ini diciptakan oleh Sunan Pakubuwono. Tari Bedhaya Babar Layar bedaya Babar Layar menggambarkan peperangan antara pangeran pati (putera mahkota) kerajaan Kandhabuwana melawan kerajaan Ngambarkumala.
Tari Bedhaya Babar Layar - Gambar : http://budaya-indonesia.org |
2. Tari Tradisional Jawa Tengah - Tari Gamyong
Tari Gamyong pada awalnya merupakan tari rakyat yang dipentaskan oleh penari jalanan. Pementasan tari jalanan ini disebut dengan Tledek. Salah seorang penari tledek bernama Sri Gamyong cukup banyak dikenal oleh masyarakat Surakarta pada waktu itu yaitu pada zaman Sinuhun Pakubowono IV (1788 s.d 1820). Sejak itulah tarian yang ia tarikan disebut dengan tari Gamyong.Pada awalnya, tari gambyong digunakan pada upacara ritual pertanian yang bertujuan untuk kesuburan padi dan perolehan panen yang melimpah. Dewi Padi (Dewi Sri) digambarkan sebagai penari-penari yang sedang menari. Dan kini tari gambyong dipergunakan untuk memeriahkan acara resepsi perkawinan dan menyambut tamu-tamu kehormatan atau kenegaraan. Dan pihak keraton Mangkunegara Surakarta pun telah menata ulang dan membakukan gerakan tari gamyong hingga yang saat ini kita dapat saksikan yaitu dengan menampilkan gerakan yang mampu menampilkan karakter tari yang luwes, kenes, kewes, dan tregel.
Sebelum tarian gamyong dimulai biasanya diawali dengan gendhing pangkur. Para penari menggunakan kostum warna kuning dan warna hijau sebagai simbol kemakmuran dan kesuburan.
3. Tari Tradisional Jawa Tengah - Tari Serimpi
3. Tari Tradisional Jawa Tengah - Tari Beksan Wireng
Tari Beksan Wireng yaitu tari yang menggambarkan perang atau latihan perang yang temanya Keprajuritan. Tari Wireng merupakan tarian untuk pria dengan gerakan tari bersumber dari gerakan pencak silat. Di Yogyakarta tari Wireng disebut dengan Beksan.Ciri-ciri tari Wireng / Beksan Wireng antara lain :
- Para penarinya semua laki-laki
- Jumlah penari selalu genap
- Terdiri dari 3 bagian, yaitu pembuka (maju beksa), inti (inti beksa) dan penutup (mundur beksa), dimana masing - masing bagian ditandai dengan berubahnya tempo gendhing pengiringnya.
Kata Wireng sendiri berasal dari kata Wira (perwira) dan ‘Aeng’ yaitu prajurit yang unggul, yang ‘aeng’, yang ‘linuwih’.
4. Tari Tradisional Jawa Tengah - Tari Bondan
- Tarian tari Bondan Cindogo
- Tarian tari Bondan Mardisiwi
- Tarian tari Bondan Pegunungan/Tani
Bersambung : Mengenal Tari Tradisional Jawa Tengah (Bagian 2)
Referensi :
https://id.wikipedia.org/wiki/Bedaya
http://budaya-indonesia.org/Tari-Bedhaya-Babar-Layar/
https://id.wikipedia.org/wiki/Tari_Serimpi
http://ridwanaz.com/umum/seni-budaya/tari-gambyong-surakarta-sejarah-seni-tari-dari-surakarta-jawa-tengah/
https://id.wikipedia.org/wiki/Tari_Gambyong
https://jv.wikipedia.org/wiki/Tari_Wireng
https://id.wikipedia.org/wiki/Tari_bondan
0 Response to "Mengenal Tari Tradisional Jawa Tengah (Bagian 1)"
Posting Komentar