HONAI DAN EBE'AI, RUMAH ADAT PAPUA

HI sobat Nuswantoro , jangan pernah lupa akan sejarah dan budaya kita. Karena kita terlahir tidaklah sama dan hanya kebudayaan dan tradisilah yang dapat menyatukan dan sekaligus sebagai identitas diri dan bangsa kita. Kemajuan suatu negara atau bangsa dapat dilihat dari rasa kecintaanya terhadap negara dan budayanya. Liat saya negara-negara maju yang selalu menanamkan nasa nasionalisme terhadap setiap induvidu pendududknya.

Selalin kepercayaan dan kejujuran dalam memegang tinggi suatu budaya kita juga harus mengenal akan keanekaragaman budaya kita.JIka kita berbicara tentang HONAI DAN EBE'AI, RUMAH ADAT PAPUA pasti tiap daerah akan berbeda-beda.Namun coba tengok persamaannya yang dapat kita jadikan upaya pemersatunya dan jadikan perbedaan itu suatu hal yang dapat memperkaya khasanan bangsa

Melalui HONAI DAN EBE'AI, RUMAH ADAT PAPUA kita belajar bagaimana tradisi itu timbul dan tumbuh kembang di daerah asalnya. Jika mereka bisa kenapa gak dengan kita yang sebagai penerus kita harus mampu untuk memelihara dan mengembangkanya. Terutanya menerapkanya dengan unsur-unsur modern yang ada sehingga tidak tergerus oleh kemajuan jaman.Untuk itu langsung saja kita kenali khasanah budaya kita berikut ini

Honai dan Ebe'ai adalah merupakan rumah adat suku Dani yang tinggal di daerah pegunungan atau tepatnya di Lembah Baliem, Kabupaten Jayawijaya, Papua. Rumah Honai berbentuk bundar, beratap jerami dan memiliki pintu yang mungil. Sedangkan rumah Ebe'ai bentuknya  persegi. Perbedaan lain antara rumah Honai dan Ebe'ai adalah dari penghuninya. Rumah Honai dihuni oleh kaum lelaki, sedangkan rumah Ebe'ai digunakan oleh perempuan.

Honai sendiri berasal dari bahasa daerah papua yaitu dari kata "Hun" yang berarti Lelaki Dewasa dan Ai yang berarti rumah. Sedangkan kata Ebe'ai berasal dari kata "Ebe" dan Ai.

Rumah bundar ini ukurannya relatif kecil untuk orang dewasa. Biasanya bisa digunakan oleh 5 sampai 10 orang.  Jarak dari permukaan rumah sampai langit-langit hanya sekitar 1 meter. Di dalamnya hanya ada 1 perapian yang terletak persis di tengah. Tak ada perabotan apapun di dalamnya selain jerami.

Saluran ventilasi rumah honai berasal dari atap jerami dan dinding kayu yang membawa hawa sejuk ke dalam Honai. Jika suhu terlalu dingin, barulah perapian dinyalakan. Meski agak berbahaya namun perapian ini tetap dinyalakan dari dalam Honai. Asap hasil pembakaran pun tidak memiliki cerobong layaknya rumah modern sehingga asapnya bercampur menjadi satu di dalam. Agar tidak keracunan asap maka pintu Honai akan dibuka.

Honai ternyata tidak hanya digunakan untuk tempat tinggal, namun honai ada juga yang dipergunakan sebagai kandang ternak,  ada yang menggunakannya untuk menyimpan umbi-umbian dan hasil ladang, ada pula yang digunakan khusus untuk pengasapan jasad tokoh suku Dani sebagai proses pemumian. Fungsi yang disebut terakhir itu bisa ditemukan di Desa Kerulu dan Desa Aikima. Dua desa pemumian paling terkenal di Lembah Baliem.

Rumah Honai Papua




Demikian Sobat tradisi, sekilas info mengenai rumah adat papua Honai dan Ebe'ai. Semoga bermanfaat.


Referensi :
http://www.goodnewsfromindonesia.org/2015/09/07/mengenal-rumah-honai-suku-dani-di-papua/
http://www.academia.edu/8368982/RUMAH_ADAT_PAPUA_RUMAH_HONAI

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "HONAI DAN EBE'AI, RUMAH ADAT PAPUA"

Posting Komentar