11 Kain Adat Tradisional Indonesia

HI sobat Nuswantoro , jangan pernah lupa akan sejarah dan budaya kita. Karena kita terlahir tidaklah sama dan hanya kebudayaan dan tradisilah yang dapat menyatukan dan sekaligus sebagai identitas diri dan bangsa kita. Kemajuan suatu negara atau bangsa dapat dilihat dari rasa kecintaanya terhadap negara dan budayanya. Liat saya negara-negara maju yang selalu menanamkan nasa nasionalisme terhadap setiap induvidu pendududknya.

Selalin kepercayaan dan kejujuran dalam memegang tinggi suatu budaya kita juga harus mengenal akan keanekaragaman budaya kita.JIka kita berbicara tentang 11 Kain Adat Tradisional Indonesia pasti tiap daerah akan berbeda-beda.Namun coba tengok persamaannya yang dapat kita jadikan upaya pemersatunya dan jadikan perbedaan itu suatu hal yang dapat memperkaya khasanan bangsa

Melalui 11 Kain Adat Tradisional Indonesia kita belajar bagaimana tradisi itu timbul dan tumbuh kembang di daerah asalnya. Jika mereka bisa kenapa gak dengan kita yang sebagai penerus kita harus mampu untuk memelihara dan mengembangkanya. Terutanya menerapkanya dengan unsur-unsur modern yang ada sehingga tidak tergerus oleh kemajuan jaman.Untuk itu langsung saja kita kenali khasanah budaya kita berikut ini

11 Kain Adat Tradisional Indonesia - Bicara Indonesia jangan lupakan kain tradisionalnya. Kain adat tradisional banyak dikenal di Indonesia, kain tradisional tersebut memang unik dan memiliki ciri khas dari berbagai daerah di Indonesia. Kain adat tradisional di Indonesia memang dibuat secara tradisional, yaitu dengan menggunakan alat tenun bukan mesin, alias alat tradisional. Sahabat tradisi-nuswantoro ga boleh luput untuk mengenal berbagai kain adat tradisional yang menjadi kekayaan budaya Indonesia.

Ayo Sobat semua, kita kenali kain adat tradisional di Indonesia :

1. Kain Adat Tradisional Indonesia - Kain Songket


Kain Songket adalah kain tenun tradisional yang berasal dari kebudayaan masyarakat Melayu di beberapa provinsi di Indonesia seperti Aceh dan Minangkabau. Tidak hanya masyarakat melayu di Indonesia, kain songket juga dapat ditemukan di negara Malaysia dan Brunai, tentu saja dengan ciri khas yang lain dengan songket dari Indonesia.

Sejarahnya kain songket diperkenalkan pada masa perdagangan zaman dahulu antara Thiongkok dan India. Orang Tionghoa menyediakan benang sutera sedangkan orang India menyumbang benang emas dan perak; maka, jadilah songket yang dibuat oleh masyarakat Indonesia. Kain songket juga identik dengan kebesaran kerajaan Sriwijaya.

Songket memiliki motif-motif tradisional yang sudah merupakan ciri khas budaya wilayah penghasil kerajinan ini. Misalnya motif Saik Kalamai, Buah Palo, Barantai Putiah, Barantai Merah, Tampuak Manggih, Salapah, Kunang-kunang, Api-api, Cukie Baserak, Sirangkak, Silala Rabah, dan Simasam adalah khas songket Pandai Sikek, Minangkabau. Beberapa pemerintah daerah telah mempatenkan motif songket tradisional mereka. Dari 71 motif songket yang dimiliki Sumatera Selatan, baru 22 motif yang terdaftar di Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Dari 22 motif songket Palembang yang telah terdaftar di antaranya motif Bungo Intan, Lepus Pulis, Nampan Perak, dan Limar Beranti. Sementara 49 motif lainnya belum terdaftar, termasuk motif Berante Berakam pada seragam resmi Sriwijaya Football Club. Selain motif Berante Berakam, beberapa motif lain yang belum terdaftar yakni motif Songket Lepus Bintang Berakam, Nago Besaung, Limar Tigo Negeri Tabur Intan, Limar Tigo Negeri Cantik Manis, Lepus Bintang Penuh, Limar Penuh Mawar Berkandang, dan sejumlah motif lain.

Seorang perajin menenun kain songket menggunakan peralatan tradisional ATKT (Alat Tenun Kaki Tangan) di daerah sentra pengrajin, Desa Siem, Kecamatan Darussalam, Kabupaten Aceh Besar. Gambar : http://acehdalamsejarah.blogspot.co.id/2011/07/saksi-sejarah-kejayaan-tenun-songket.html
Kain Songket dipergunakan untuk berbagai keperluan seperti pakaian adat, hiasan dinding, tas, dll

2. Kain Adat Tradisional Indonesia - Kain Batik

 Batik adalah jenis kain tradisional asli Indonesia yang hampir saja diklaim oleh negara lain. Kain batik merupakan kain bergambar yang pembuatannya dilakukan secara secara khusus dengan menuliskan atau menerakan malam pada kain itu, kemudian pengolahannya diproses dengan cara tertentu yang memiliki kekhasan. 

Kata batik sendiri berasal dari bahasa Jawa "amba" yang berarti menulis dan "nitik". Batik adalah seni melukis dilakukan diatas kain dengan menggunakan lilin atau malam sebagai pelindung untuk mendapatkan ragam hias diatas kain tersebut. Adapun motif batik di Indonesia saat ini sangat banyak. Batik tidak hanya ditemukan di Solo/Yogyakarta. Tapi ada berbagai jenis kain batik khas daerah / provinsi lainnya di Indonesia, seperti Batik aceh, batik cirebon, batik garut, batik pekalongan, batik madura, batik jakarta, batik bali, batik tasik, batik banten dan batik minangkabau.

3. Kain Adat Tradisional Indonesia - Tenun Ikat


Tenun ikat atau kain ikat adalah kriya tenun Indonesia berupa kain yang ditenun dari helaian benang pakan atau benang lungsin yang sebelumnya diikat dan dicelupkan ke dalam zat pewarna alami. Alat tenun yang dipakai adalah alat tenun bukan mesin. Kain ikat dapat dijahit untuk dijadikan pakaian dan perlengkapan busana, kain pelapis mebel, atau penghias interior rumah. Sebelum ditenun, helai-helai benang dibungkus (diikat) dengan tali plastik sesuai dengan corak atau pola hias yang diingini. Ketika dicelup, bagian benang yang diikat dengan tali plastik tidak akan terwarnai.

Teknik tenun ikat dapat kita jumpai di berbagai daerah di Indonesia. Daerah-daerah di Indonesia yang terkenal dengan kain ikat di antaranya: Toraja, Sintang, Jepara, Bali, Lombok, Sumbawa, Sumba, Flores, dan Timor. Kain gringsing dari Tenganan, Karangasem  dan Bali.


4. Kain Adat Tradisional Indonesia - Ulos

Ulos atau Kain Ulos adalah kain adat tradisional dan merupakan busana khas Indonesia yang dibuat dan dikembangkan secara turun temurun pada masyarakat Batak Sumatera Utara. Ulos yang dalam bahasa batang berarti kain, dibuat dengan menggunakan alat tenun bukan mesin.

Warna dominan pada ulos adalah merah, hitam, dan putih yang dihiasi oleh ragam tenunan dari benang emas atau perak. Mulanya ulos dikenakan di dalam bentuk selendang atau sarung saja, kerap digunakan pada perhelatan resmi atau upacara adat Batak, namun kini banyak dijumpai di dalam bentuk produk sovenir, sarung bantal, ikat pinggang, tas, pakaian, alas meja, dasi, dompet, dan gorden.

Ulos - gambar : http://www.langitperempuan.com

5. Kain Adat Tradisional Indonesia - Kain Besurek

Kain Besurek berasal dari Bengkulu. Kata Besurek sendiri dalam bahasa Bengkulu berarti bersurat atau tulisan. Kain besurek merupakan salah satu bentuk kain batik khas bengkulu dengan motif kaligrafi arab.

Batik Besurek diperkenalkan pedagang Arab dan pekerja asal India pada abad ke-17 kepada masyarakat di Bengkulu. Seiring dengan perkembangannya, seni dalam membuat motif pada kain tersebut dipadukan dengan tradisi Indonesia yang berciri khas Bengkulu. Berdasarkan data Dinas Koperasi PPKM Kota Bengkulu, Batik Besurek mulai diproduksi para perajin sejak tahun 1988. Elly Sumiati dan Doni Roesmandai merupakan dua perajin Batik Besurek yang merupakan pelopor batik ini di Kota Bengkulu.

Kain Besurek - Gambar : http://www.kidnesia.com

6. Kain Adat Tradisional Indonesia - Kain Tapis


Kain tapis adalah pakaian wanita suku Lampung yang berbentuk kain sarung terbuat dari tenun benang kapas dengan motif atau hiasan bahan sugi, benang perak atau benang emas dengan sistem sulam (Lampung; "Cucuk").  Tapis Lampung adalah hasil tenun benang kapas dengan motif, benang perak atau benang emas dan menjadi pakaian khas suku Lampung.

Jenis tenun ini biasanya digunakan pada bagian pinggang ke bawah berbentuk sarung yang terbuat dari benang kapas dengan motif seperti motif alam, flora dan fauna yang disulam dengan benang emas dan benang perak. Tapis Lampung termasuk kerajian tradisional karena peralatan yang digunakan dalam membuat kain dasar dan motif-motif hiasnya masih sederhana dan dikerjakan oleh pengerajin. Kerajinan ini dibuat oleh wanita, baik ibu rumah tangga maupun gadis-gadis (muli-muli) yang pada mulanya untuk mengisi waktu senggang dengan tujuan untuk memenuhi tuntutan adat istiadat yang dianggap sakral. Kain Tapis saat ini diproduksi oleh pengrajin dengan ragam hias yang bermacam-macam sebagai barang komoditi atau oleh oleh Lampung yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi.

Tapis Lampung - Gambar :nyaklampung.blogspot.com

7. Kain Adat Tradisional Indonesia - Kain Gringsing

Kain Gringsing adalah kain khas Desa Tenganan Bali, yang merupakan satu-satunya kain tenun tradisional Indonesia yang dibuat menggunakan teknik teknik dobel ikat dan memerlukan waktu pembuatan antara 2-5 tahun.

Masyarakat Tenganan memiliki kain gringsing berusia ratusan tahun yang digunakan dalam upacara khusus. Kata gringsing berasal dari gring yang berarti 'sakit' dan sing yang berarti 'tidak', sehingga bila digabungkan menjadi 'tidak sakit'. Maksud yang terkandung di dalam kata tersebut adalah seperti penolak bala. Di Bali, berbagai upacara, seperti upacara potong gigi, pernikahan, dan upacara keagamaan lain, dilakukan dengan bersandar pada kekuatan kain gringsing.

Kain Gringsing dibuat dan dipintal dari bahan antara lain kapuk berbiji satu yang telah mengalami proses perendaman dalam minyak kemiri khusus yang diambil dari hutan.


8. Kain Adat Tradisional Indonesia - Kain Sasak

Kain sasak atau kain tenun sasak adalah merupakan kain tenun adat tradisional ciri khas Lombok, Nusa Tenggara Barat.  Salah satu tujuan wisata yang banyak menyediakan tenun sasak adalah Dusun Sade.  Di sini, menenun adalah mata pencaharian utama kaum perempuan Kampung Sade. Satu kain tenun seukuran taplak meja dapat diselesaikan dalam waktu satu minggu, sementara kain tenun ukuran besar penyelesaiannya membutuhkan waktu hingga satu bulan. Proses menenun kain Sasak dapat disaksikan langsung di Dusun Sade sehingga kita akan mengetahui bagaimana sulitnya proses penenunan hingga akhirnya bahan kain tersebut bisa menjadi sehelai kain.

Tenun Sasak - http://lifestyle.liputan6.com

9. Kain Adat Tradisional Indonesia - Kain Sasirangan

Kain sasirangan adalah kain adat tradisional dari Suku Banjar di Kalimantan Selatan. Kain Sasirangan ini asal mulanya digunakan atau dipercaya untuk kesembuhan bagi orang yang tertimpa suatu penyakit (pamintaan). Kain ini dipakai pada upacara adat suku daerah Banjar. Kain sasirangan ini berbentuk laung (ikat kepala), kekamban (kerudung) dan tapih bumin (kain sarung). Sebagai bahan pewarna diambil dari bahan bahan pewarna alam seperti jahe, air pohon pisang, daun pandan dan lain lain.

Desain/corak didapat dari teknik-teknik jahitan dan ikatan yang ditentukan oleh beberapa faktor, selain dari komposisi warna dan efek yang timbul antara lain : jenis benang/jenis bahan pengikat. Upaya untuk melindungi budaya Banjar ini, telah diakui oleh pemerintah melalui Dirjen HAKI Departemen Hukum dan HAM RI beberapa motif sasirangan sebagai berikut :
  1. Iris Pudak
  2. Kambang Raja
  3. Bayam Raja
  4. Kulit Kurikit
  5. Ombak Sinapur Karang
  6. Bintang Bahambur
  7. Sari Gading
  8. Kulit Kayu
  9. Naga Balimbur
  10. Jajumputan
  11. Turun Dayang
  12. Kambang Tampuk Manggis
  13. Daun Jaruju
  14. Kangkung Kaombakan
  15. Sisik Tanggiling
  16. Kambang Tanjung

Kain Sasirangan - https://id.wikipedia.org/wiki/Sasirangan



10. Kain Adat Tradisional Indonesia - Tenun Doyo

 Tenun Doyo adalah kain tenun tradisional dari Suku Dayak Benuaq Tanjung Isuy, Kabupaten Kutai, Kalimantan Timur. Kain tenun yang terbuat dari serat tanaman doyo ini biasa digunakan oleh Suku Dayak Benuaq dalam upacara adat dan biasa digunakan sebagai mahar dalam upacara perkawinan.

Serat daun doyo diperoleh dengan memotong daun tanaman doyo sepanjang 1 - 1,5 meter. Kemudian direndam dalam air sungai sehingga daun menjadi hancur. Kemudian daun yang telah hancur tersebut dikerik dengan menggunakan pisau hingga terpisah dengan tulang daun. Seratan daun yang telah terpisah dari tulang tersebutlah yang kemudian menjadi serat-serat daun doyo yang kemudian menjadi benang untuk kemudian ditenun.

Warna kain tenun doyo yang dominan adalah merah, hitam dan coklat dengan motif yang sangat beragam. Motif yang paling banyak adalah flora, fauna dan motif alam mitologi.

Tenun Doyo

11. Kain Adat Tradisional Indonesia - Sutera Bugis

Kain Sutare Bugis adalah kain adat tradisional khas Makassar, Sulawesi Selatan. Kain ini bisa kita dapatkan dipusat oleh-oleh Kawasan Somba Opu, tidak jauh dari benteng  Fort Rotterdam , Makassar.

Sarung sutera bugis bermotif kotak-kotak, namun jika diperhatikan lebih teliti, tidak semua sarung memiliki kotak yang sama. Beda ukuran kotak mengandung arti yang berbeda .
Jika kita melihat di sarung tersebut terdapat kotak-kotak kecil yang dihasilkan dari paduan garis-garis vertikal dan horizontal dan berwarna cerah. Dulunya ini dipakai wanita Bugis yang belum menikah. Motif ini dinamakan motif Balo Renni. Jadi mudah menyirikan wanita bugis yang sudah menikah dan belum menikah dari sarung yang dikenakannya.
Kebalikan dari motif Balo Renni adalah motif Balo Lobang. Kain sarung ini memiliki garis yang cenderung tebal sehingga menghasilkan kotak yang besar pula. Warnanya leih terang, seperti merah terang ataupun merah keemasan. Motif ini digunakan untuk pria Bugis yang belum menikah.

 
Demikian Sobat Tradisi, 11  kain adat tradisional Indonesia yang perlu kita ketahui. Semoga bermanfaat.

Sumber :
http://www.banjarmasinkota.go.id/wisata/kampung-sasirangan.html
http://melayuonline.com/ind/culture/dig/2595/tenun-doyo-kain-tradisional-suku-dayak-benuaq-kalimantan-timur
https://id.wikipedia.org/wiki/Sasirangan
http://lifestyle.liputan6.com/read/2088556/berburu-cantiknya-tenun-sasak-di-lombok
https://id.wikipedia.org/wiki/Kain_tapis
http://bugisposonline.com/sarung-sutra-dari-tanah-bugis.htm

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "11 Kain Adat Tradisional Indonesia"

Posting Komentar